Pelajaran: IV Terus Belajar

 

Create by ChatGPT

Pada mulanya di kala umur saya remaja, saya memang ada minat untuk belajar dan menambah wawasan. Walaupun tidak sampai pada tahap sangat mengulik dan kutu buku sekali, setidaknya saya senang dan terbuka terhadap ilmu-ilmu baru, terlebih yang saya senangi. Motivasi tersebut terbawa sampai masa perkuliahan. Apalagi di kalangan mahasiswa, menjadi sosok yang terlihat berwawasan merupakan wujud aktualisasi diri yang membanggakan. Saya sedikit demi sedikit menambah wawasan baru di bidang sastra, agama, filsafat, ideologi, politik, dan lain-lain. Sampai di kepala saya timbul sebuah pertanyaan “Apa alasan saya membaca buku?”.

Saya terus merenungi pertanyaan itu, karena saya tidak ingin membaca buku dengan dilatarbelakangi motivasi yang keliru (contohnya, demi pujian semata). Terlebih, saya bertanya-tanya, apa manafaat praktis membaca buku? Apakah hanya untuk ejakulasi intelektual saja?. Semua aktivitas tersebut juga tidak menghasilkan nilai ekonomi. Ada orang yang tidak baca buku tapi sukses, ada orang yang suka baca buku, namun hidupnya biasa-biasa aja. Di tengah dunia kapitalis ini, apa peran sebenarnya ilmu pengetahuan dan buku?.

Pertanyaan-pertanyaan di atas, tetap menggenang di permukaan kepala saya. Meskipun demikian, saya tetap membaca buku dan belajar walaupun tidak se-bergairah sebelumnya. Singkat cerita, saya diberi kesempatan oleh yang Maha Kuasa untuk mendapatkan ujian hidup yang cukup berat (bagi saya). Setelah melewati ujian berat tersebut, saya mulai menyusun ulang kekuatan untuk bangkit dan menata masa depan. Salah satu potensi kekuatan yang dapat saya kembangkan adalah minat belajar dan membaca ini. Karena di kondisi yang terdesak itu, tidak ada cara lain selain bertahan hidup dan menjadi kuat (dengan mengembangkan minat dan bakat).

Sembari menata ualang kekuatan dan menata rencana masa depan, saya mencoba kembali merefleksikan dan menginterpretasikan kembali hakikan ilmu, belajar, dan membaca buku. Saya menemukan konsep bahwa mencari uang dan mencari ilmu adalah kedua hal yang tidak bisa saling dibenturkan. Kedua hal tersebut tidak selalu merupakan sebuah persamaan yang linier, misalnya semakin banyak ilmu maka semakin banyak uang ataupun sebaliknya. Kedua hal tersebut adalah sebuah usaha bertahan hidup di dunia ini. Kita butuh uang untuk nilai tukar jasa & barang. Sedangkan ilmu, sebagai pemandu kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Konsep di atas diperkuat dengan pengamatan saya terhadap lingkungan sekitar maupun yang saaya liat melalui layar kaca. Saya melihat dampak minimnya pengetahuan sangat besar bagi kehidupan seseorang. Saya melihat di lingkungan desa,(karena rumah saya di desa) masih banyak yang minim literasi tentang ekonomi, bagaimana memanagement uang, dan makna uang itu sendiri (tidak bermaksud menggurui apalagi menghakimi). Akibatnya banyak yang terlilit hutang, mengedepankan keinginan ketimbang kebutuhan, sangat terpaut gengsi dengan tetangga, dan lain-lain. Tentunya basih banyak lain sumber masalah yang terjadi karena minimnya pengetahuan (parenting, gizi anak, politik, dan lain sebagainya).

Saya juga melihat contoh sesorang yang suka belajar dan membaca buku, salah satunya adalah Raditya Dika. Saya mengamati perkembangan karir beliau, prestasi, inovasi yang out of the box, pengambilan keputusan, percintaan, dan parenting, Saya dapat menjamin semua itu terjadi salah satu faktor terbesarnya adalah karena kebiasaan Raditya Dika dari kecil yaitu suka belajar dan membaca buku. Melihat hal tersebut, motivasi saya untuk terus belajar dan membaca buku semakin meningkat. Saya ingin menjalani hidup dengan melakukan keputusan-keputusan yang penuh pertimbangan dan jauh dari kekeliruan. Saya tidak ingin menyesal lagi, jadi saya harus banyak belajar dan membaca agar meminimalisir resiko salah ambil keputusan.

Melalui refleksi dan pengamatan di atas, saya membutuhkan semangat belajar dan membaca untuk memindai masa depan. Di tengah zaman yang semakin carut marut, absurt, dan rumit, ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan untuk menguraikan semua itu. Di masa depan saya memerlukan banyak ilmu pengetahuan untuk menjadi masyarakat yang tidak buta politik, sehat jasmani dan rohani, berguna untuk keluarga, dan bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.

Oleh karena itu, belajar dan membaca buku sangatlah penting. Saya mendengar sebuah quotes “Membaca buku bukan hanya untuk memasukkan informasi di kepala, tapi untuk menumbuhkan jiwa”. Dari kesadaran yang demikian saya memutuskan untuk terus belajar agar jiwa terus tumbuh, untuk mengurai dunia yang rumit ini, dan untuk menjadi seorang manusia yang bertanggung jawab setidaknya untuk keluarga.


Komentar