Pelajaran III: Membangun Habbit yang Baik

 


       Persoalan habbit atau kebiasaan, saya rasa sudah sering digaungkan di mana-mana terutama pada buku dan seminar motivasi. Barangkali karena sering diucapkan membuat anjuran mulia tersebut seolah hanya menjadi kata-kata motivasi basa-basi saja. Walaupun sering terdengar tapi sifat magisnya tidak dapat membuat sesorang sontak ingin berubah. Barangkali bisa juga karena sifatnya perintah secara umum. Contohnya ketika seseorang menyuruh orang lain merubah habbit, lantas kebiasaan apa saja yang harus diubah? kenapa harus diubah?, harus mulai dari mana?, dan bagaimana caranya?.

          Mungkin persoalan habbit yang sekilas disebutkan di atas sering terjadi tanpa kita sadari. Tampak sepele, namun dapat menjadi pengingat yang pedas dikemudian hari. Itulah gambaran pengalaman yang saya alami sehingga saya mendapatkan pelajaran baru terhadap kebiasaan yang saya lakukan selama ini.

Sebelumnya, saya sangat sadar terkait pentingnya menciptakan kebiasaan hidup yang baik. Bukannya tidak ingin mulai berubah, namun ada saja kesulitan membuat hal itu tidak terealisasi. Mungkin saja secara tidak langsung saya tidak menganggap merubah kebiasaan sangat urgent. Meskipun saya sering menunda waktu, menghabiskan waktu luang untuk game nonton anime, tidak rajin bersih-bersih, dan sebagainya, saya dapat menjalani haidup dengan baik-baik saja. Kuliah lancar, organisasi baik-baik saja, dan jarang terserang penyakit. Minimnya motivasi untuk berubah membuatusaha konsisten terasa berat sekali.

Dampak dari abai terhadap kebiasaan yang buruk akhirnya terasa saat saya menghadapi permasalahan yang cukup berat dan membuat saya down kala itu. Ditambah saya belum sadar untuk merubah kebiasaan buruk. Selama tiga tahun, saya sering mengalami hari-hari yang membuat pikiran berantakan dan hati saya kacau. Dalam fase beberapa lama itu, saya sedikit-demi sedikit belajar dan mencoba menyadari hal-hal yang menghambat terpecahkannya permasalahan. Salah satu jawabannya adalah saya mulai mengubah kebiasaan buruk saya dan belajar konsisten menciptakan kebiasaan baik.

Keputusan tersebut perlahan menemukan jawabannya. Perlahan saya mampu melewati persoalan hidup saya dengan lebih baik. Saya mulai mengurangi waktu yang terbuang percuma, melepas banyak hal yang adiktif, berusaha tidak menunda-nunda pekerjaan, lebih peduli terhadap kebersihan & kesehatan, dan lain sebagainya. Meskipun tidak sempurna, saya akan selalu mengusahakannya bahkan sampai saat ini.

Faktor lainnya penyebab perubahan saya mungkin dari tuntutan eksternal. Selain karena ingin keluar dari permasalahan yang runyam itu, saya juga menyadari di usia saya yang bukan anak-anak ini, saya mulai berhadapan dengan tanggung jawab yang harus saya emban. Hal itu seperti lebih berbakti pada orang tua dan keluarga, merencanakan masa depan, menata karir, mengejar impian, dan semua itu bermuara pada faktor “ada yang telah menunggu untuk dilamar”. Nah, fakkor dalam tanda petik tersebut, adalah pecutan paling efektif untuk menggugah diri ini harus gila-gilaan berubah dan berusaha keras. Saya tak ingin menjadi laki-laki yang lemah secara tanggung jawab dan di ending nanti hanya menyalahkan keadaan, pasarah, dan berlindung di balik agama. Semoga Allah mempermudah langkah saya ini, Aamiin.

Dari curhatan saya di atas, saya ingin berpesan untuk diri saya yang utama dan tentu pembaca bahwa kita harus mengindentifikasi dan menyadari kebiasaan buruk yang kita lakukan. Itu adalah tahap pertama untuk memulai perubahan. Beirkutnya, adalah berusaha mengubah diri menjadi lebih baik, karena dunia ini bukan sulap dan cerita fantasi. Semua yang kita lakukan, kebiasaan yang kita pelihara, pasti akan menunjukkan hasilnya di kemudian hari secara jujur dan apa adanya. 

Komentar