Oleh: Farhan Fiqman
Merapi
jiwaku meletus!
Aku lava-lava yang membumi hanguskan pandangan sebelah matamu
Amukan gejolak sanubari,
Mendidihkan sukma yang membeku.
Aku lava-lava yang membumi hanguskan pandangan sebelah matamu
Amukan gejolak sanubari,
Mendidihkan sukma yang membeku.
“Semangat ku telah terhimpun, kau tahu?”
Dalam jalan
sunyi yang telah berlalu,
Aku di tempa matahari, di bunuh antartika
Teriakan batin yang menggerang terhunus tajam
Aku di tempa matahari, di bunuh antartika
Teriakan batin yang menggerang terhunus tajam
“Aku bukan yang dulu lagi !”
Lalu jiwa ku
tata, tiap lembar ku baca: ku renggut kedigdayaan
Dalam fikir kuperas habis intisari: aku dapati taring-taring tajam
lakon fisik, ku beradaptasi: ku berevolusi
Pada air mata,
Membiaskan doa-doa.
“Ya-Rabb, besarkan jiwaku, anugerahi ketinggian ilmu dan pemahaman”
Dalam fikir kuperas habis intisari: aku dapati taring-taring tajam
lakon fisik, ku beradaptasi: ku berevolusi
Pada air mata,
Membiaskan doa-doa.
“Ya-Rabb, besarkan jiwaku, anugerahi ketinggian ilmu dan pemahaman”
Tetap
menunduk.
Pembuktian,
Pembuktian,
Kan ku
getarkan tiap ruas-ruas jiwa mereka
Aku digdaya !
Aku digdaya !
(Bondowoso, 4 Januari 2019)
Komentar
Posting Komentar