Oleh : Farhan Fiqman
Malam ini
ku bercengkrama dengan rindu, malam - malam sebelumnya pun begitu.
Aku bergelak tawa ; batinku
Obrolan pun semakin hangat,
Antara aku dan rindu.
Aku bergelak tawa ; batinku
Obrolan pun semakin hangat,
Antara aku dan rindu.
Rindu
berbisik sembari tersenyum tipis “Bersabarlah menghadapi ku, aku hanyalah
perantara menuju definisi bahagia yang hakiki”.
Aku tak berdaya di bunuh jarak, di tikam waktu
Di setiap malamnya.
Aku tak berdaya di bunuh jarak, di tikam waktu
Di setiap malamnya.
“Keluarkan aku dari penjara ketidak berdayaan
ini !“. Bantah ku.
Seperti
menggenggam bayang - bayang
Berinteraksi melewati dimensi yang biasanya
Aku danau hening yang menunggu daun jatuh di musim gugur
Aku lah doa – doa.
Berinteraksi melewati dimensi yang biasanya
Aku danau hening yang menunggu daun jatuh di musim gugur
Aku lah doa – doa.
Lalu rindu
berbisik menenangkan “Kelak aku akan
lenyap, dan kau pun akan tersenyum riang. Tetaplah percaya !”.
Aku luluh
lantah mencair tak berbentuk lagi
Aku yang masih
menunggunya
Dan
merindu.
(30 Oktober 2018)
Komentar
Posting Komentar