Oleh: Farhan Fiqman
(04 Oktober 2018)
Aku tak
mengerti
Mengapa menikmati matahari bisa membunuhku
Dengan menatap, mendekap
Atau menyakiti diri dengan bermandikan cahaya rembulan
Aku kedinginan, kadang pula tak perduli
Mengapa menikmati matahari bisa membunuhku
Dengan menatap, mendekap
Atau menyakiti diri dengan bermandikan cahaya rembulan
Aku kedinginan, kadang pula tak perduli
Atau dengan
hati yang telah lelah berlari.
Mungkin
sedikit membingungkan,
Ketika hati berkali - kali di bangkitkan dengan keadaan suri
Melahirkan ruang - ruang baru : “dimensi ruang hampa kekosongan “
Ketika hati berkali - kali di bangkitkan dengan keadaan suri
Melahirkan ruang - ruang baru : “dimensi ruang hampa kekosongan “
Hingga,
Tak selahap
dahulu saat ku gemar mencerna cahaya
Tak pula sehangat saat ku terhipnotis dinginnya ombak salju
Atau saat - saat dimana ku tanggelam dalam samudera pengharapanmu
Tak pula sehangat saat ku terhipnotis dinginnya ombak salju
Atau saat - saat dimana ku tanggelam dalam samudera pengharapanmu
Aku, tak
tertolong lagi
Pada saat itu.
Pada saat itu.
Setiap hari
kekosongan
Embun - embun pun tak lagi tersenyum padaku
Embun - embun pun tak lagi tersenyum padaku
“ Aku yang memutih, di kudeta kehampaan hati “
(04 Oktober 2018)
Komentar
Posting Komentar